Senin, 08 Agustus 2011

Satu Nama Untuk Cinta







  “Tet... Tet... Tet...”
Bel istirahat sekolah telah berbunyi. Sebagian siswa tengah asyik dengan makanannya masing-masing. Tapi berbeda denganku, aku belum beranjak dari kursiku. Sampai akhirnya datang seseorang menghampiriku.
“Papa....” sapaku.
Begitulah aku memanggilnya. Seorang lelaki dengan tinggi sekitar 175cm, berambut hitam dan lurus sedang memamerkan lesung pipinya padaku. Ia duduk disampingku dan mulai mengawali pembicaraan. Berbagai hal yang di bicarakan, hingga akhirnya bercanda, dan tertawa bersama-sama.
Tak terasa 30 menit telah berlalu. Riky pun kembali ke kelasnya.
“Hmmm... Hari yang menyenangkan”
Akhirnya kelas selesai. Semua siswa berdoa sebelum pulang. Aku lihat pangeranku tengah menantiku di ambang pintu. Aku segera menghampirinya. Dia mengacak-acak rambutku saraya berkata,
“Let’s we go home!!!”
“Let’s go...................” aku hanya tersenyum melihatnya.

***

Waktu terus berjalan. Ku lihat kalender di kamarku, kutunjuk sebuah tanggal dan ku tandai dengan tinta merah.
“11 Desember. Owh... di hari itu tepat 7 bulan aku berpacaran dengan Riky. Tapi akhir-akhir ini pertengkaran sering menghampiri hubungan ini. Agaknya sudah tidak ada kecocokan lagi. Tapi mau bagaimana lagi?? Aku sudah terlanjur masuk dalam kehidupannya.” aku mengoceh sendiri dalam kamarku.
Memang, sosok Riky bukanlah seorang yang patut dibanggakan. Mungkin tidak sama sekali. Dia sering membolos sekolah, jarang mengerjakan tugas, manja, suka berbohong, dan yang paling parah adalah hobinya, otomotif motor. Itu membuatnya tak pernah berada di rumah.
Aku tahu, pandangan orang pasti buruk padanya. Awalnya aku juga berpikir seperti itu. Tapi semakin aku mengenalnya, semakin aku mengerti semuanya. Riky berbeda. Dia berada di keluarga yang menurutku aneh. Konflik internal menjadikannya seperti ini. Satu hal yang membuatku salut padanya, Dia sangat-sangat menyayangi ibunya. Meskipun dia tak bisa mengungkapkannya dengan cara yang tepat.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengubahnya, tapi nihil. yang ku dapatkan hanya sakit hati dan kecewa. Akhirnya aku sadar, sekeras apapun, dengan cara bagaimanapun aku mencoba mengubahnya, takkan pernah bisa. Karena hanya dia, dirinya sendiri yang mampu mengubahnya. Dan itu butuh kesadaran bukan paksaan.
“I will always love you Ky...” kataku
“Meski itu sakit buat aku!!!” tambahku

***

Tak ada hubungan yang bisa lepas dari pertengkaran. Dan bagiku perbedaan pendapat tanpa ada yang mau mengalah sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Masalah kecil bisa menjadi begitu besar ketika berhadapan dengannya. Tapi itulah kami...
Belum usai satu masalah, datang lagi masalah lainnya. Kali ini dari keluargaku. Tiba-tiba mereka menentang hubunganku dengan Riky. Seharian aku mengurung diri di kamar.
“Ya Tuhan... terlalu berat untukku. Beri aku jalan, agar ku bisa tegar menghadapi semua ini...”
Aku bingung. Yang ada di benakku hanya Riky. Semuanya Riky. Aku begitu menyayanginya. Sosoknya seakan telah mendaging dalam diriku. Aku mengenalnya, lebih dari ku mengenal diriku sendiri. Terlintas semua kenangan yang ku lalui bersamanya. Begitu indah, begitu mengesankan. Air mataku jatuh bercucuran. Semakin deras kala aku mencoba memejamkan mata tuk melupakan semuanya.
Malam itu juga, ku temui Riky di suatu tempat. Ku jelaskan masalah yang sedang terjadi. Hening... Tak ada yang berbicara seusai ku menjelaskan pokok permasalahannya. Dan hal yang tak pernah ku inginkan akhirnya terjadi juga. Suara Riky tiba-tiba berubah, berbicara seolah ragu padaku.
“Mmm... Dinda... Mending Kamu balik ke Orang tuamu. Kita... cukup sampek sini aja!!” aku tertegun mendengar keputusannya. Ku menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca tanpa bisa berkata-kata.
“Sudahlah!!! Untuk apa kamu mempertahankan orang sepertiku?? Aku tuch ngga berguna, bisanya nyusain, dan nyakitin kamu aja. Aku nggak bisa ngelindungi kamu. Aku ni apa?? Cuma cowok pengecut!!!” ku lihat Riky menghapus air matanya.
Dia.. yang ku kenal selalu tegar, yang tak pernah peduli pada keadaanya, malam ini menangis. Menangis tersedu-sedu karena aku. Semakin meyakinkanku bahwa dia teramat sangat menyayangiku.
“Kamu terbaik yang pernah aku temui. Aku minta maaf. Kamu pantes dapat cowok yang lebih baik dari aku...” tambahnya.
“Pa......” Ku tak bisa bebicara lagi. Ku tak ingin kehilangannya.
“Ku sayang kamu, Ma.” Riky menghapus air mataku dan pergi meninggalkanku.
Tuhan... inikah yang disebut pengorbanan?? Cinta yang tak harus memiliki?? Aku tak sanggup. Aku tak akan mampu. Riky melakukannya demi orang tuaku. Bahkan dia menjelek-jelekkan dirinya sendiri, menunjukkan image buruk di depanku.
“Aku tahu kau tak seperti itu. Berhentilah!!! Karena aku tak mungkin bisa membencimu. Aku bisa merasakan, yang Kau lakukan untuk kebaikanku...” gumamku dalam hati.

***

Hari itu telah berlalu. Kini aku merasa sendiri. Tak kulihat lagi lesung pipinya, yang biasa menemaniku tertawa. Tak ku rasakan lagi belaian tangan jailnya, yang gemar mengacak-acak rambut dan mencubiti pipiku. Pribadi yang lucu itu memang sudah tiada.
“Aku masih sangat menyayangimu”
Beberapa hari kemudian, Riky mengabariku. Dia telah menemukan teman baru dalan cerita cintanya. Gadis cantik dari sekolah ternama, sesuai dengan keinginannya. Gadis itu bernama Vinda.
Aku tak tahu... Apa yang akan ku tulis lagi untuk hidupku. Yang ku tahu hanya kenyataan. Dan bintang itu telah kehilangan cahayanya. Harapan... kini tinggal kenangan.
Aku hanya bisa menghaturkan doa, agar Kau selalu bahagia bersamanya.

*****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar